Melirik Lurik Batik Pedan Klaten
Kain lurik dengan motif garis-garis vertikal memanjang merupakan salah satu nama besar yang lahir dari salah satu kecamatan di sudut Kabupaten Klaten yang bernama Pedan. Dulu menurut cerita, lurik menjadi salah satu primadona. Industri Lurik Pedan pernah sangat berjaya kala itu, sekitar tahun 1950an hingga akhirnya sekarat karena serbuan kain-kain dengan warna memikat serta murah.
Setelah beberapa masa terpuruk, kini lurik mulai menggeliat. Program Lurikisasi yang diusung Pemkab Klaten dengan mengeluarkan kebijakan agar karyawan Pemkab Klaten mengenakan lurik Pedan sebagai seragam pada hari Kamis tentu saja bukan hanya bisa mengangkat kembali nama lurik, tapi juga potensi ekonomi lokal. Salah satu kebijakan diambil dengan cukup jeli. SALUT!
Kain Lurik Pedan dibuat dengan menggunakan bahan benang katun yang ditenun dengan alat tenun tradisional (ATBM). Sedangkan untuk proses pewarnaan dimulai dari benangnya, sehingga setelah benang ditenun sempurna maka warna kain depan dan belakang adalah sama. Corak-corak dari lurik sendiri cenderung vertikal memanjang. Namun corak tersebut tidak hanya monoton begitu saja. Akhir-akhir ini banyak desain-desain menarik yang coba dikembangkan oleh para pengrajin dengan desain motif yang tidak selalu berbentuk vertikal lurus dan memanjang namunada aplikasi-aplikasi lain yang membuat kain lurik ini kian menarik.
Salah satu pengembangan dari kain lurik adalah menambahkan batik di atas kain lurik tersebut, sehingga terciptalah Lurik Batik yang unik sekaligus memikat. Kebetulan pas mudik lebaran kemarin, saya berkesempatan membeli satu kain lurik batik di salah satu gerai lurik yang berada di Jalan Raya Jogja-Solo (sebelum perempatan Rumah Sakit Islam Klaten dari arah Solo). Di gerai tersebut selain menjual berbagai macam kain lurik, juga menyediakan pakaian jadi dengan bahan lurik. Saat itu, saya lebih memilih untuk membeli kain lurik yang ditambakan batik untuk dibuat kemeja lengan panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar