Selasa, 01 Mei 2012

Mengenal Ragam dan Motif Batik Tulis Tenun Gedog Tuban


Keindahan batik memang tak pernah bisa dipungkiri. Batik Gedog Tuban yang kaya motif, warna dan fungsi itu kini telah dikenal luas. Masyarakat Tuban, Jawa Timur, mengenal batik dengan sebutan batik gedog. Gedog berasal dari bunyi dog-dog yang berasal dari alat menenun batik. Perajin batik di Tuban, turun temurun membatik pada kain tenun. Proses pembuatan batik gedog  Tuban butuh waktu sekitar tiga bulan. Pasalnya, perajin harus melewati proses panjang memintal benang, menenun, membatik dan pewarnaan dengan bahan alami.
Uswatun Hasanah, kolektor sekaligus perajin batik tulis tenun gedog khas Tuban, menggeluti dunia membatik dan membuka kursus membatik sejak tahun 1993. Sanggar yang ia namakan Batik Tulis Tenun Gedog Sekar Ayu, kini membina 200 perajin di desa Kedungrejo, kecamatan Kerek, kabupaten Tuban, Jawa Timur.
“Ada 200 perajin di desa Kedungrejo dan sekitarnya. 20 perajin yang bekerja di rumah masing-masing. Anak-anak perempuan yang masih duduk di Sekolah Dasar (SD) juga dilatih membatik dan mereka sudah bisa mendapatkan penghasilan dari membatik. Mereka bisa bersekolah dengan uang sendiri. Meski membatik, anak-anak harus tetap pulang saat waktunya belajar atau mengaji,” jelas Uswatun kepada eastjavatraveler.com saat kunjungan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Surabaya bersama Semen Gresik, Minggu (15/05) siang.
Sanggarnya, merupakaan sanggar binaan PT Semen Gresik Tbk yang ada di Tuban. Batik tulis Tuban sendiri mempunyai 100 ragam motif batik, 40 diantaranya sudah dipatenkan pemerintah daerah setempat sebagai upaya pelestarian budaya. Mudah saja membedakan batik Tuban, karena batik yang diaplikasikan pada kain tenun hingga katun, kebanyakan adalah batik tulis. Hanya beberapa perajin saja yang masih mengaplikasikan batik cap di Tuban.
Ragam motif dan fungsinya
Batik tulis tenun Tuban terbagi dua model, kain berukuran dua meter (tapih) dan selendang. Soal fungsi, kain batik Tuban biasanya digunakan sebagai hantaran pernikahan dari pihak laki-laki kepada mempelai perempuan. Bagi masyarakat yang mampu, calon pengantin laki-laki biasanya membawa 100 lembar kain batik Tuban. “Paling sedikit pihak laki-laki membawa lima lembar kain batik sebagai hantaran pernikahan,” lanjut wanita yang pernah menyabet penghargaan Upakarti Republik Indonesia pada tahun 2010 lalu. Nilainya yang tinggi, membuat masyarakat Tuban biasanya menyimpan kain batik untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Mengenai motif, Uswatun menjelaskan, batik Tuban dikenal dengan motif panji serong, panjiori atau panji krendil. Motif ini dulunya dipakai oleh priyayi. Namun kini, batik Tuban bisa dinikmati dan dikoleksi berbagai kalangan dan lapisan masyarakat, tanpa mengenal status sosial.
Ragam motif kain batik Tuban bisa dimiliki siapa saja yang mampu. Pasalnya, kain batik tulis tenun Tuban memiliki harga mulai Rp 600.000. Meski begitu, berbagai motif batik Tuban juga bisa dinikmati masyarakat dengan harga lebih murah. Perbedaannya di bahan dasar kainnya. Motif panji-panjian ini juga bisa diaplikasikan pada bahan katun atau blacu. Alhasil, harganya pun menjadi lebih terjangkau, mulai Rp 40.000. “Selain motif panji, kain batik (tapih) menyerupai sarung di Tuban juga memiliki motif religi seperti kijing miring dan ilir-ilir,” pungkasnya.
Kain dan selendang batik tulis tenun Tuban biasanya berwarna kecoklatan. Warna gelap menjadi ciri khas batik gedog dari Tuban. Meski begitu, Anda juga bisa menemui batik Tuban berwarna cerah. Batik Tuban punya kharisma dan keindahan yang khas dan unik. Selembar kain batik tenun tulis Tuban mewakili kreativitas perajin yang tak pernah mati, selain juga kegiatan membatik yang mengandalkan bahan dasar dari alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar